Assalamu’alaykum, Abrisam….bagaimana kabarnya?”
“Mohon maaf, Ustadz ingin menyapa teman kalian yang baru bergabung di link ruang meeting dulu ya…”
“Alhamdulillah, Rizky sudah bergabung…”
“Kepada teman-teman yang sudah bergabung di meeting, silahkan untuk menonaktifkan microphone”
“Oh, iya, mengapa kita perlu mematikan microphone ya?, ada yang bisa membantu ustadz menjawab…?”
“Terima kasih kepada Razka yang telah memberi jawaban…”

Komunikasi

– Tegur sapa pada awal sesi video conference,
– permintaan ijin kepada ananda,
– ungkapan syukur kepada Allah kemudian disertai alasan ungkapan tersebut,
– pernyataan tidak langsung (indirect statement untuk suatu aktivitas),
– menggali potensi berpikir ananda untuk sebab akibat suatu pijakan, dan
– respon kepada ananda atas usaha yang telah diupayakan (terlepas tepat atau tidaknya hasil)
adalah sebagian dari contoh-contoh pola komunikasi yang sedang dibangun oleh staf pendidik Sekolah Daarul Atsar, pada setiap mata pelajaran. Upaya yang terlihat sederhana namun membutuhkan effort tersendiri untuk mampu membiasakan diri, dan seringkali berhasil membangun kelekatan ananda terhadap pelajaran yang disampaikan.

Komunikasi, adalah pola yang pasti akan terjadi dalam setiap interaksi staf pendidik dan ananda, anak atau peserta didik. Sejalan waktu yang terlewatkan dalam kelas nyata atau maya, sepanjang itu pula komunikasi terjadi.
Dan tidak bisa dipungkiri kualitas pembelajaran setiap kelas pun, salah satunya sangat ditentukan dengan mutu proses penyampaian pesan dan feedback ini terjadi. Semakin lancar dan nyaman komunikasi terjadi, dan ananda menikmati, maka pembelajaran terasa berarti. Walaupun mungkin ananda tidak melihat pada inti materi namun justru tertanam pola adab dalam berkomunikasi.
Sebagaimana shahabat Mu’âwiyah bin al-Hakam as-Sulami radhiyallahu anhu, yang ta’jub dengan akhlaq Rasululah, saat Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam berkomunikasi tanpa bentakan, tanpa marah melainkan dengan kata-kata yang santun untuk memberi nasehat kepada dirinya, saat selesai sholat. Padahal memang dirinya melakukan kesalahan saat sholat berjama’ah, yaitu berbicara selain bacaan sholat.
Dan keta’juban shahabat Mu’awiyah begitu membekas, hingga teriwayatkan dalam Kitab Shahih Muslim.
Dan sungguh selayaknya adab dan pola ini sangat perlu kami miliki, bukan hanya untuk mendidik ananda, melainkan juga mengikuti salah satu sunnah yang dituntunkan oleh Nabiyyur Rahmah.