Bismillah,

Alhamdulillah, kajian yang lama dinanti-nantikan akhirnya tiba juga kita rasakan, saat dimana para pengajar belajar bersama-sama, sebagai bekal untuk pengajaran kepada diri sendiri dan juga murid-muridnya nanti.

Syaikh Ali Sinan Hafidzhohullah telah berkenan menyempatkan waktunya demi mengajarkan para staff pendidik Daarul Atsar mengenai Al-Qur’an, keutamaan Al-Qur’an dan Toriqoh/cara dalam menghafal Al-Qur’an.

Hal yang pertama diingatkan oleh beliau adalah pentingnya bagi kita pribadi menjadi penghafal Al-Qur’an, dan beliau juga mengingatkan mengenai hukum dari menghafal Al-Qur’an yang sejatinya Fardhu Kifayah (jika dalam suatu tempat ada yang menghafal Al Qur’an) bisa berubah menjadi Fardhu ‘Ain (bilamana dalam suatu tempat tidak ada yang menghafal Al Qur’an)

Berlanjut kepada toriqoh atau metode dalam menghafal yang disampaikan oleh Syaikh Ali Sinan Hafidzhohullah, dimana metode yang pertama adalah Ikhlas, mengikhlashkan niat dan membersihkan diri dari segala sesuatu yang tidak mengharap wajah Allah, seperti riya’, dan sum’ah, serta hal-hal lainnya yang bisa membuat hati menjadi tidak ikhlas.

Lalu uang ke-dua adalah waktu, dimana dijelaskan bahwa Waktu yang terbaik dalam menghafal Al-Qur’an adalah sebelum sholat shubuh, dan setelahnya, juga waktu antara adzan dan iqomah saat shubuh (karena itu adalah waktu yang diberkahi)

Kemudian yang ke-tiga adalah tempat, dmn tempat yang baik untuk menghafal juga menjadi faktor yang tidak kalah penting, seperti masjid yang penuh keberkahan, atau bisa jg ditempat lain yang tidak berisik, dan memiliki pencahayaan yang cukup.

Dan yang ke-empat adalah pembelajaran tentang Tahsin, dimana sebelum menghafal Al-Qur’an, sangatlah amat ditekankan untuk memperkuat dari Tahsin terlebih dahulu sebagai Fondasi Awal,, karena bila dasarnya lemah maka seterusnya akan jauh lebih lemah, dan dia akan terbiasa dalam kesalahan jika tidak ada pembenaran dalam pembelajaran lagi nantinya, namun jika awalannya kuat, InsyaaAllah akan kuat pula dalam hafalannya.

Toriqoh yang ke-lima adalah konsentrasi, menghadirkan ruh dan jasad ketika membaca dan menghafal Al-Qur’an, sehingga ketika melafalkan hati juga ikut berpartisipasi dan tidak melayang-layang memikirkan hal lain.

Lalu yang ke-enam per-indahlah suara dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, karena hal itu bisa mendatangkan kekhusyu’an (namun tetap dalam batasan kaidah tajwid yang benar dan sangat tidak diperkenankan untuk berlebihan)

Selanjutnya toriqoh yang ke-tujuh adalah menggunakan 1 Al-Qur’an untuk menghafal, karena banyak jenis percetakan Al-Qur’an yang beredar dan kesemuanya tidaklah sama, sehingga perbedaan khat/bentuk tulisan, ataupun banyaknya baris dalam 1 lembar Al-Qur’an bisa menggangu dari hafalan yang ada bahkan merusaknya, jika menggunakan Al-Qur’an yang berbeda-beda setiap kali menghafalnya.

Kemudian toriqoh ke-delapan, yakni, menghafal satu persatu ayat dengan pengulangan berkali-kali hingga hafal, baru kemudian dilanjut ke ayat yang kedua, dan ketika sudah hafal ayat yang kedua coba disambung dengan dibaca kembali dari ayat pertama hingga kedua, dan begitu seterusnya.

Dan toriqoh yang ke-sembilan adalah berusaha membaca hafalan Al-Qur’an yang sudah dihafalnya didalam sholat, sehingga membantu dalam mengingat hafalan yang sudah dihafal.

Selanjutnya toriqoh ke-sepuluh adalah mendengarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an dari Masyaikh melalui perangkat elektronik yang ada, seperti HP, murottal MP3, MP4 dan lain sebagainya. Sehingga menggunakan alat-alat tersebut lebih berfaidah dari fungsi yang sudah ada.

Lalu toriqoh yang ke-sebelas, yakni memberikan perhatian khusus pada ayat-ayat yang Mutasyabihat atau ayat-ayat yang mirip dalam Al-Qur’an, sehingga tidak mengalami loncatan ayat atau surat ketika membacanya, karena didalam Al-Qur’an terdapat hampir ± 4000 ayat yang mirip satu dengan yang lainnya, dan untuk menanggulanginya bisa dengan menulis ayat-ayat tersebut pada lembaran khusus untuk mempermudah ingatan pada ayat-ayat Mutasyabihat tersebut.

Berlanjut ke toriqoh ke-duabelas adalah memiliki teman yang bisa dijadikan partner untuk saling memeriksa hafalan, sehingga mempermudah dalam proses menghafal Al-Qur’an

Toriqoh ke-tigabelas dalam menghafal Al-Qur’an adalah berusaha mengetahui arti atau makna dari ayat-ayat yang dihafalnya, bisa dengan membaca terjemah diawal sebelum menghafal ayat-ayat Al-Qur’annya, atau saat membaca per-ayat, atau diakhir setelah ayat sudah dihafal (semua kembali kepada kenyamanan pribadi masing-masing)

Selanjutnya di toriqoh yang ke-empatbelas adalah sering-seringlah untuk muroja’ah hafalan Al-Qur’annya, karena hafalan Al-Qur’an itu lebih mudah hilang seperti unta yang tidak terikat.

Dan toriqoh yang ke-limabelas adalah tidak lupa untuk berdo’akepada Allah subhanahuwata’ala, karena do’a adalah senjatanya orang-orang mu’min, dan berdo’alah diwaktu-waktu yang mustajab seperti saat antara adzan dan Iqamah, atau saat hujan turun, atau ketika sujud, dan diwaktu-waktu mustajab lainnya.

Dan kajian oleh Syaikh Ali Sinan Hafidzhohullah diakhiri dengan sesi tanya-jawab yang disambut antusias oleh para staff pengajar Daarul Atsar.

Alhamdulillah, syafakallah syifa’an’aajilan wa baarokallahufiik kepada Syaikh Ali Sinan Hafidzhohullahuta’ala yang telah bersedia menyempatkan kedatangannya diantara waktu sibuknya, tenaganya disela-sela kesehatannya, dan ilmunya kepada kami para fakir ilmu, semoga ilmu yang disalurkan menjadi amal jariyah beliau dan menjadi bekal amal jariyah untuk kita juga kepada murid-murid Daarul Atsar, Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin

Syukron jazakallahukhayran